SESUAIKAN DIRI ANDA DENGAN KADAR SESUATU YANG TERSIMPAN DALAM JATIDIRI ANDA Home
TI Punya
Lain-lain

Senin, 04 Juli 2011

Bombardir NATO Terus Bombardir Libya


Pesawat-pesawat jet tempur Pasukan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) secara dramatis terus meningkatkan operasi pengebomannya di Libya ketika kelompok pemberontak menyatakan tekadnya merebut kembali sebuah pintu gerbang utama menuju Tripoli.

Menurut data aliansi itu, Senin (4/7/2011), pesawat-pesawat NATO melancarkan 71 serangan dalam 24 jam. Jumlah serangan tersebut hampir dua kali lipat dari jumlah biasanya dalam beberapa pekan terakhir ini. NATO terus mengebom sasaran-sasarannya di wilayah timur di Brega dan sekitar Tripoli pada Minggu (3/7/2011) tengah malam. Sebanyak 17 serangan menghantam kendaraan-kendaraan lapis baja, pusat komando dan pengawasan, serta fasilitas penyimpanan militer dan sebuah tank di Brega, 150 kilometer dari ibu kota pemberontak, Benghazi.

Serangan-serangan NATO juga menghantam sasaran di daerah-daerah barat, timur, dan selatan Tripoli, termasuk di Gharyan di kawasan Pegunungan Nafusa, yang merupakan tempat pecahnya pertempuran hebat dalam beberapa pekan ini.

"Dalam dua hari mendatang akan muncul dengan jawaban-jawaban, akan ada perubahan di garis depan," kata juru bicara kelompok pemberontak, Kolonel Ahmed Omar Bani.

Adapun tentara pemberontak mundur pekan lalu dari kota dataran Bir al-Ghanam, sekitar 80 kilometer dari Tripoli, karena pengeboman loyalis Pemerintah Moammar Khadafy. Namun, pihak Perancis pekan lalu mengirim bantuan senjata yang kontroversial kepada pemberontak di Pegunungan Nafusa dan NATO mengebom posisi-posisi loyalis di sekitar Bir al-Ghanam dan lokasi lain lagi di garis depan sekitar wilayah kantong pemberontak tersebut.

Seperti diberitakan, pada Minggu lalu Turki telah bergabung dengan sejumlah negara yang mengakui kelompok pemberontak Dewan Transisi Nasional (NTC) sebagai perwakilan sah rakyat Libya.

"Kami berpendapat Dewan Transisi Nasional adalah perwakilan sah rakyat Libya," kata Menteri Luar Negeri Turki, Ahmet Davutoglu, di Benghazi, setelah Turki menarik utusannya dari Tripoli dan menerapkan sanksi-sanksi baru terhadap rezim Moammar Khadafy.

Selain Turki, sejumlah negara yang telah mengakui NTC sebagai perwakilan sah rakyat Libya adalah Uni Emirat Arab (UAE), Australia, Inggris, Perancis, Gambia, Italia, Jordania, Malta, Qatar, Senegal, Spanyol, dan Amerika Serikat. Dewan itu, yang mengatur permasalahan kawasan timur yang dikuasai pemberontak, melobi keras untuk pengakuan diplomatik dan perolehan dana demi mempertahankan perjuangan berbulan-bulan dengan tujuan mendongkel pemimpin Libya Moammar Khadafy. KOMPAS.com

Tidak ada komentar: