SESUAIKAN DIRI ANDA DENGAN KADAR SESUATU YANG TERSIMPAN DALAM JATIDIRI ANDA Home
TI Punya
Lain-lain

Selasa, 28 September 2010

MEMUTUS MATA RANTAI KEMISKINAN

oleh: Bung Ari' Atayullah
mahasiswa UIM yang Benci Banget Ma Kampusnya .......Bulsitttt

Kemiskinan bukanlah hal yang baru di dengar oleh telinga manusia. Selama mereka masih mau hidup, miskin adalah salah satu bagian dari putaran hidup ini. Seperti halnya siang dan malam, gagal dan sukses, hidup dan mati. Kaya dan miskin juga merupakan perjalanan hidup yang patut kita sikapi secara bijaksana. Namun, tidak sedikit keberadaan kemiskinan mengantarkan kita pada hal-hal yang sifatnya extreme. Seorang ibu rumah tangga beserta anaknya mati karena kemiskinan yang membelenggunya. Anak SD merelakan nyawanya melayang dengan gantung diri hanya karena di lilit lapar. Begitu gampang nyawa mereka hilang. Kita tentu juga masih ingat bagaimana seorang Mbah Minah rela mencuri tiga kakao di sebabkan kemiskinan yang menimpanya.

Masalah kemiskinan memang telah lama ada sejak dahulu kala..... Pada masa lalu umumnya masyarakat menjadi miskin bukan karena kurang pangan, tetapi miskin dalam bentuk minimnya kemudahan atau materi. Dari ukuran kehidupan modern saat ini mereka tidak menikmati fasilitas pendidikan, pelayanan kesehatan dan kemudahan-kemudahan lainnya yang tersedia. Singkat kata, garis kemiskinan merupakan ukuran rata-rata kemampuan masyarakat untuk bisa memenuhi kebutuhan hidup minimum.

Krisis Ekonomi Berkepanjangan
John Kenneth Galbraith dalam bukunya The Affluent Society menyebutkan bahwa salah satu penyebab kemiskinan yang terjadi di Amerika Serikat adalah berupa kemiskinan kolektif (umum) yang di sebabkan oleh krisis ekonomi berkepanjangan. Sangat kita rasakan sendiri sampai sekarang dampak yang di timbulkan oleh krisis ekonomi berkepanjangan di negeri ini. Hal yang begitu terasa adalah kenaikan harga sejumlah barang. Apalagi kenaikan harga pangan tersebut bukan hanya pada satu produk saja, melainkan hampir seluruh produk melonjak naik. Minyak goreng misalnya, harga tiap tahunnya terus melambung. Di sisi lain, negeri ini justru bangga menjadi produsen peng ekspor minyak goreng kelapa sawit terbesar sedunia. Sedang masyarakat kita masih sulit mendapatkan minyak dengan harga terjangkau. Produktifitas pangan suatu Negara bukan hanya di lihat dari meratanya barang yang ada, tapi juga daya beli masyarakat sendiri.

Kemiskinan yang terjadi setelah krisis ekonomi jauh lebih besar banyaknya di banding sebelum krisis ekomoni. Berdasar Survey Sosial Ekomoni Nasional (Susenas) 1998 dari 49,5 juta jiwa penduduk miskin, 17,6 juta jiwa yang ada di perkotaan dan 31,9 juta jiwa di pedesaan. Angka tersebut jauh lebih dari dua kali lipat jika di bandingkan dengan tahun 1996 (sebelum krisis ekonomi) yang hanya mencatat jumlah penduduk miskin sebanyak 7,2 juta jiwa di perkotaan dan 15,3 juta jiwa di pedesaan. Akibat krisis ekonomi berkepanjangan ini penduduk miskin terus bertambah tiap tahunnya.

Perubahan Iklim Global
Terjadinya sekitar 80-an bencana besar sejak November 2004 yang menyebabkan semakin banyaknya penduduk kita yang kesulitan mendapatkan kehidupan yang layak di klaim sebagai implikasi berubahnya iklim. Terlebih lagi posisi geografis Indonesia memang rawan bencana seperti letusan gunung berapi, longsor, tsunami dll. Yang paling merasakan dampak dari perubahan iklim ini adalah masyarakat sendiri khususnya kaum Dhuafa. Ini di sebabkan karena kemampuan adaptasi yang mereka miliki relatif lemah ditambah dengan beban finansial yang rendah.

Sudah berapa ratus bangunan yang hancur di terjal tsunami, berapa hektar lahan diluluh lantakkan oleh bencana gempa dan tanah longsor. Beban hidup yang sudah berat karena krisis ekonomi di tambah dengan bencana alam yang bertubi-tubi pada masyarakat kita semakin menambah rentetan catatan warga miskin di Indonesia. Inilah yang di sebut sebagai kemiskinan 'alamiyah' yang terjadi akibat Sumber Daya Alam yang terbatas, penggunaan teknologi yang rendah dan bencana alam.

Secara umum para pakar ekonomi melihat kemiskinan yang terjadi saat ini berupa kemiskinan massal atau kolektif, musiman dan individu. Kemiskinan kolektif terjadi manakala suatu daerah atau Negara mengalami kekurangan pangan dan kebutuhan-kebutuhan lain yang menunjang akan keberlangsungan masyarakat. Kemiskinan musiman terjadi jika daya beli penduduk menurun di karenakan naiknya harga barang-barang. Sedangkan kemiskinan individu dapat terjadi pada setiap orang. Yang sering mengalami kemiskinan ini adalah mereka yang sudah lanjut usia, gelandangan, pengemis dan mereka yang cacat fisik.

Penanggulangan Kemiskinan
Bagaimana menangani serta menaggulangi kemiskinan memang menarik untuk disimak. Salah satu teori ekonomi yang bisa kita jadikan pijakan dalam hal ini mengatakan bahwa untuk memutus mata rantai kemiskinan dapat dilakukan dengan penambahan modal investasi, melakukan perbaikan-perbaikan pada daerah yang layak untuk dibantu serta peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) dengan dibarengi pegembangan teknologi.

Pertama, harus dilakukan semacam pengembangan bagi desa-desa tertinggal, perbaikan terhadap daerah-daerah atau gerakan terpadu mengentaskan kemiskinan. Memang, kemiskinan tidak akan hilang di muka bumi ini, tapi paling tidak kita bisa meminimalisasinya. Gerakan semacam ini memang begitu diperlukan di negeri ini mengingat masyarakat kita sudah banyak yang 'terlanjur' miskin. Sehingga di perlukan upaya untuk menanggulangi semua itu supaya kemiskinan yang ada tidak bertambah lagi jumlahnya dan dapat berkurang tiap tahunnya. Peran pemeritah sangatlah menentukan dalam perealisasian hal ini. Pemerintah daerah sampai pusat sudah sepantasnya memberikan kebijakan berkenaan dengan semakin banyaknya daerah di pelosok yang layak untuk diberi pemahaman akan pentingnya sebuah kesejahteraan suatu daerah. Perbaikan desa tertinggal dengan tujuan mengentaskan kemiskinan juga layak untuk di kawal oleh bapak-bapak kita yang ada di pemerintahan, agar kesejahteraan yang selama ini di damba-dambakan bukan sekedar retorika belaka.

Kedua, meningkatkan keterempilan sumber daya manusia dan teknologi. Dua hal inilah yang juga perlu kita kembangkan jika kemiskinan ingin kita tanggulangi. Krisis ekonomi dan pemicu rendahnya tingkat kesejahteraan rakyat akan mudah kita carikan jalan keluarnya jika SDM yang kita miliki mumpuni. Masyarakat tidak akan mudah terkontaminasi oleh berubahnya iklim apabila memiliki kejelian dalam mencari celah keluar melalui kemapanan dalam teknologi. Dengan masyarakat yang ber-softskill dan hardskill, maka berbagai permasalahan menyangkut kemiskinan akan mudah di lewati.

Sehingga, melalui kegiatan berbasis penanggulangan kemiskinan dibarengi dengan mempersiapkan diri kita masing-masing dengan keterampilan sumber daya manusia yang baik dan benar di topang dengan kebijakan pemerintah yang ikut andil dalam penanggulangan kemiskinan ini, sangat di harapkan kita semua dapat mengatasi berbagai macam permasalahan menyangkut krisis ekonomi dan perubahan iklim tanpa harus mengalami kemiskinan. Amin.

Tidak ada komentar: